Cerpen Zulfahani Hasyim
"Kau tenang saja sayangku, kau akan segera mendapat perawatan." Kata Abdullah kepada Fayla, isterinya. Sementara Fayla semakin merapatakan pelukannya di dada Abdullah. Tak ada keluh kesah keluar dari bibir Fayla. Ketulusan cintanya telah membenamkan semua rasa sakit dalam lautan kerelaan. Walau bayi dalam kandungannya terus memberontak hendak keluar karena memang sudah saatnya dia terlahir ke dunia.
"Teruslah bertasbih, Allah selalu bersama kita." Begitulah Abdullah terus berusaha menguatkan isterinya. Dengan tangannya dia terus mengusap-usap kepala Fayla. Sesekali dia mencium keningnya.
Di dalam rumah itu Abdullah dan Fayla berlindung. Mereka berdua sedang menunggu adik Abdullah yang keluar mencarikan kendaraan untuk membawa Fayla ke rumah sakit untuk bersalin. Sebenarnya rumah itupun tak akan mampu melindungi mereka berdua seandainya sebuah misil mendarat di rumah itu. Namun harapan mereka akan rahmat Allah tak pernah terhenti sesaatpun. Tak ada putus asa yang terpercik dalam jiwa mereka. Mereka berdua selalu yakin Allah mencintai mereka. Mungkin hanya itulah yang menguatkan Abdullah dan Fayla untuk terus berjuang hidup walau tanpa ada senjata di tangan.
Sementara di luar sana serdadu Israel sedang haus darah. Memburu siapa saja untuk dimangsa. Bagaikan serigala lapar mereka menembaki siapa saja yang mereka temui. Gaza berubah menjadi lautan darah. Jutaan tangis pecah seiring sulangan arak pejabat-pejabat Yahudi. Satu per satu rumah-rumah dan bangunan luluh lantak. Dan bagaimana dengan dunia? Ya, dunia hanya mampu bercerita tentang mereka, mengirimkan sejuta simpati yang tak akan menghapus luka mereka dan tak akan bisa menghentikan kekejaman Israel.
Pintu belakang rumah yang sebenarnya tidak layak untuk dikatakan sebagai rumah itu diketuk. Setelah dibuka muncullah Ahmad adik Abdullah dari balik daun pintu. "Kau dapat kendaraan?" Tanya Abdullah langsung begitu melihat adiknya itu kembali.
"Dapat kak. Bagaimana keadaan Kak Fayla?"
"Sudah tak perlu banyak tanya. Aku harus langsung membawa dia ke rumah sakit."
Abdullah langsung menuju Fayla yang tergolek lemah di atas dipan.
"Tapi kak, di luar tentara Israel tengah mengamuk bagai anjing liar."
"Ahmad, ketahuilah! Seandainya Allah berkenan menyelamatkan Fayla hanya setelah aku melewati seribu tentara Israel, maka aku akan hadapi mereka semua. Tentu kau sudah mengenal baik kakakmu ini kan, Ahmad?" Ahmad hanya mengangguk yakin. Dia percaya terhadap kata-kata kakaknya itu.
"Semoga Allah senantiasa melindungi kalian berdua."
"Amin." Jawab Abdullah singkat.
"Mau berangkat sekarang kak?"
"Ya, tentu saja. Kenapa?"
"Aku Ikut."
"Tidak. Kemabalilah kau ke rumahmu. Kota sedang genting. Siapa yang akan
menjaga abah dan ummi kalau kau ikut?"
"Tapi kak.."
"Sudah. Pulanglah! Sampaikan salamku ke abah dan ummi. Assalamu'alaikum."
"Wa'alaikum salam." Ahmad hanya tertegun memandangi kakaknya itu setelah
menjawab salamnya.
Abdullah segera menggendong Fayla. Kemudian mendudukkannya di mobil yang dibawa Ahmad tadi. Sementara itu Ahmad memandang dari ambang pintu. Dia masih tertegun dan rasa kehilangan sudah bergelayut di hati Ahmad. Seakan-akan ini adalah pertemuan terakhirnya dengan kakaknya itu. Namun doa-doa terus bergemuruh dalam hatinya. Dirangkainya baik-baik doa-doa itu. Dan dia naikkan rangkaian doa itu ke langit, ke Zat Yang Maha Memberi keselamatan dimana Dialah tempat semua harapan dan doa para mu'minin tertuju.
Secepat kilat Abdullah melajukan mobilnya. Tidak ada gentar bergetar. Tidak ada takut yang membuat langkahnya surut. Cintalah yang membuat mereka berani. Cintalah yang membuat mereka kuat. Walau peluru menghujani mereka. Walau maut membayangi langkah mereka. Cinta yang dibangun di atas kesucian dan keridhoan Ilahi pasti akan mampu menerjang apapun. Itulah keyakinan yang selalu mereka hujamkan dalam hati mereka.
"Suamiku, sepertinya jalan di depan telah diblokade oleh tentara Israel." Kata Fayla mengingatkan suaminya.
"Iya betul. Kita harus cari jalan yang lain untuk sampai ke rumah sakit."
Abdullah pun memutar balik mobilnya. Dia pun memilih sebuah lorong kecil untuk mencapai jalan lain yang bisa mengantarkannya ke rumah sakit. Untung dia yang pernah menjadi sopir truk di Gaza. Maka dia pun sangatlah hafal lekuk-lekuk jalan di Jalur Gaza. Maka tidak perlu berpikir dua kali untuk mencari jalan pintas.
Namun rintangan kembali datang. Mobil yang dikendarainya ternyata kehabisan bahan bakar. Dan tentu tidak ada pompa bensin yang beroperasi saat isolasi seperti ini.
Terpaksa dia menggendong Fayla menempuhi sisa perjalanan menuju rumah sakit.
Dalam gendongan Abdullah Fayla sempat membacakan puisi kesukaan Abdullah.
Sayang, panggillah namaku
Saat kau merasa terasing dari riuhnya dunia
Panggillah! Panggillah!
Hingga kau merasa menjadi yang terhebat di dunia
Sayang, ingatlah cinta kita
Saat dunia mencoba mengoyakmu
Ingatlah! Ingatlah!
Hingga kau merasa kuat untuk menaklukkan dunia
"Terimakasih sayang, karena ketulusanmu telah menguatkan aku." Fayla hanya membalas dengan senyuman. Manis sekali. Seakan tidak ada rasa sakit sedikitpun yang Ia rasakan.
"Suamiku apa kau mendengar tangisan anak kecil?" Tanya Fayla.
"Ah tidak, mungkin kau berhalusinasi, sayangku."
"Tidak, aku sedang sadar. Coba kaudengar baik-baik sekali lagi."
"Iya benar. Ada anak kecil menangis."
"Lihat suamiku! Dia di sana?" Fayla menunjuk ke arah bahu jalan. "Kau harus menolongnya suamiku!" Lanjut Fayla.
"Bagaimana mungkin aku menolongnya? Sementara aku harus membawamu ke rumah sakit. Ah tidak usah pedulikan dia."
"Suamiku kau tak boleh seperti itu. Kau harus menolongnya. Bukankah kata Baginda Rasulullah hanya karena menolong seekor anjing yang hampir mati kehausan, seorang pelacur menjadi masuk surga. Apalagi ini adalah anak manusia. Sama seperti kita. Tolonglah dia suamiku. Tenang saja aku masih cukup kuat. Letakan saja aku di tempat yang aman."
"Tapi," Jari lentik Fayla langsung menutup bibir Abdullah. Fayla mengangguk memberi isyarat bahwa suaminya harus menolong anak kecil itu. "Begitu mulia hatimu sayangku. Seandainya bukan kau sendiri yang memaksaku tentu aku tak akan melakukannya."
Abdullah teringat di sekitar daerah itu ada rumah sahabat akrabnya. Sahabat ketika dia talaqi qira'at kepada Syeikh Muhammad Hasan. Dia langsung menuju rumah sahabat akrabnya itu. Sampai di sana dia langsung menitipkan isterinya itu kepada sahabat akrabnya. Setelah itu Ia kembali ke jalan raya mencari anak kecil yang menangis itu.
"Hai bocah kecil. Kenapa kau di luar rumah? Tentara Yahudi sekarang sedang mengamuk. Sangat berbahaya kalau kau tetap di sini. Di mana orang tuamu?"
"Abah dan ummi ditembak tentara Israel." Jawab bocah laki-laki itu lugu sambil terus berisak tangis.
"Baiklah bocah kecil, aku tak punya banyak waktu. Isteriku menyuruhku menolongmu. Kalau kau percaya padaku aku akan membawamu ke tempat yang aman.
Jangan sampai peluru serdadu Yahudi menembus jantungmu." Bujuk Abdullah dengan nada bicara agak tergesa. Maklum dia masih harus mengantarkan Isterinya ke rumah sakit.
Bocah laki-laki yang tengah di landa ketakutan itu pun menurut saja pada Abdullah. Abdullah segera membawanya ke rumah sahabatnya untuk dilindungi. Memang cukup riskan membiarkan seorang bocah di jalanan dalam keadaan genting seperti ini.
Setelah menitipkan bocah laki-laki itu di rumah sahabatnya, dia pun segera pamit untuk melanjutkan perjalanan membawa isterinya menuju rumah sakit. kali ini dia harus menggendong isterinya lagi. Karena dalam keadaan seperti ini tak ada satupun kendaraan yang bisa Ia gunakan untuk mengantar isterinya.
Namun kali ini Abdullah tidak bertangan kosong. Sahabat karibnya itu membekalinya sebuah senapan otomatis peninggalan almarhum kakaknya yang adalah anggota Hamas. Dengan sebuah senapan di tangan Abdullah semakin mantap melangkah menembus peperangan demi membawa isterinya Fayla menuju rumah sakit untuk bersalin.
Dalam rengkuhan suaminya Fayla berkata dengan suara lemah. "Suamiku kau tampak gagah. Kaulah mujahid yang paling hebat yang pernah aku kenal." Abdullah hanya memandang Fayla yang ada di gendongannya dan membalas kata-kata Fayla dengan senyuman penuh kharisma.
"Fayla."
"Ya, suamiku."
"Jikalau raga diciptakan untuk menyongsong kematian, maka kematian di ujung pedang di jalan Allah jauh lebih baik dan mulia ketimbang mati di atas ranjang" Kata-kata Abdullah ini menyitir kata-kata Sayyidina Husein bin Ali bin Abi Thalib R.A.
"Kau hebat sayangku. Aku bangga mempunyai suami sepertimu."
"Dan aku merasa menjadi laki-laki terhebat karena mempunyai isteri seperti dirimu."
Keduanya lalu bertashbih dan bertakbir. Dan kemudian melanjutkan perjalanan. Mereka berdua menembus desingan peluru dan ledakan mortir yang membahana di segenap penjuru kota. Mereka berdua menembusnya dengan simponi cinta mengalun dalam hati. Mereka berdua melangkah dengan takbir membara dalam jiwa. Hingga takut akan kematianpun sirna seketika.
Di depan ada lima serdadu Israel sedang berpatroli di ruas jalan Jalur Gaza yang sepi. Pastinya mereka sedang memburu penduduk Gaza seperti memburu rusa. Mereka tak layak lagi disebut manusia. mereka lebih pantas disebut vampire atau drakula haus darah.
"Suamiku," Fayla mengisyaratkan sebuah ketakutan.
"Tenang! Allah selalu bersama kita."
Sambil menggendong Fayla Abdullah mengarahkan senapannya ke arah para serdadu Israel yang sedang berpatroli.
"Fayla bersiaplah kita akan menghabisi Yahudi laknatullah itu." Setelah memekikkan takbir Abdullah memberondong kelima serdadu Israel itu. Dia terus bertakbir, bertakbir, dan bertakbir.
"Allahu akbar! Allahu Akbar!"
Tanpa perlawanan kelima serdadu Israel itu pun tumbang seperti diberondong seratus serdadu. Peluru-peluru yang ditembakkan Abdullah menembus dada-dada lima serdadu itu. Abdullah memang cukup mahir memegang senjata karena dia pernah bergabung dengan Hamas dan pernah juga ikut dalam barisan Hisbullah di Lebanon.
"Mampus kalian la'natullah!!" Teriak Abdullah kepada mayat-mayat serdadu Yahudi itu. Dia pun terus melangkah. Walau dia tahu bahwa di depan pasti serdadu Israel akan lebih banyak lagi menghadangnya.
"Sayang kau tenang saja. Selama kau dalam pelukanku kau akan seperti penduduk Madinah yang berlindung di seberang parit saat diserbu kaum musyrikin Quraisy. Aku adalah perisai bagimu, sayangku." Fayla pun mengangguk yakin tanda dia percaya kepada suaminya itu.
Benar saja di depan puluhan serdadu Israel yang lain kembali menghadang.
Abdullah menghentikan langkah. Bukan karena takut atau gentar. Hanya saja dia harus menata hati dan jiwanya. Dia tahu dia sedang berhadapan dengan maut. Tapi dia tetap harus menyelamatkan isteri dan jabang bayi yang dikandung isterinya.
"Wahai Zat Yang Maha Perkasa dengan segala kekuatan yang Engkau miliki di langit dan di bumi aku pinta sepercik kekuatan-MU. Seandainya aku harus mati di tembus peluru serdadu Yahudi maka aku rela mati demi cintaku pada-Mu dan pada isteriku. Namun selamatkanlah isteriku ini agar dapat melahirkan generasi pejuang agama-Mu di bumi Gaza ini. Allahu Akbar!!!" Abdullah pun melangkah tanpa ragu dan mengarahkan senapan ke arah para serdadu itu. Peluru satu per satu menembusi tubuh Abdullah.
Namun tak ada satupun yang mengenai tubuh Fayla. Dia benar-benar seperti parit yang melindungi penduduk madinah. Dia bak perisai baja yang melindungi Fayla. Dan Abdullah
pun terus menerjang tanpa mempedulikan peluru-peluru yang menghujaninya.
Abdullah pun memberondongkan senapannya ke arah puluhan serdadu itu. Dengan seizin Allah Abdullah berhasil menumbangkan banyak serdadu Israel yang menghadangnya itu. Sementara serdadu yang lain lari pontang-panting ketakutan.
Abdullah pun terus melangkah menuju rumah sakit tanpa peduli darah yang mengalir deras bagai aliran sungai eufrat dari sekujur tubuhnya. Dia terus melangkah.
Membawa Fayla menuju persalinannya. Membawa fayla dengan rengkuhannya. Membawa Fayla dengan cintanya.
Awan hitam menyelimuti Gaza siang itu. Matahari pun bersembunyi di balik mendung. Gaza berduka. Gaza menangis. Para syahid pun tersenyum menyongsong surga. Seorang wanita bernama Fayla, Faylasufa, berada di depan sebuah makam dengan menggendong bayi laki-laki yang tampan. Batu nisan makam itu bertuliskan sebuah nama, Abdullah bin Yasin. Gaza kembali menjadi saksi gugurnya seorang mujahid yang berjuang untuk agamanya, keluarganya, dan cintanya.
-----------
Selesai ditulis di El Mansoura, Daqhaliya, 25 Februari 2009, 02.41 a.m
Aku dedikasikan karya ini untuk semua saudaraku seiman di Gaza
22.35 "pesawat LION AIR no penerbangan JT798 DJJ take off dr bandara cengkareng dengan tujuan makasar" itu salah satu penggalan kalimat awak kru kabin kepada para penumpang nya.
maka dengan itu pula dimulai sudah cerita menuju papua..
cuaca berawan namun tidak hujan cukup bersahabat dengan pesawat kami..sehingga kekhawatiran akan "hal-hal" yg tidak diinginkan sedikit teratasi..
dingin, sepi, senyap sepanjang jakarta sampai makasar..
sesekali suara kru kabin terdengan untuk mengingatkan supaya selalu menggunakan sabuk pengaman dan tidak merokok..hehe...
oh ya, catetan juga nih terutama untuk kaum pria, pramugari LION AIR jg cantik-cantik..hehe...
jd lumayan da pencerahan bwt di perjalanan.. ;)
Pesawat melaju di atas ketinggian 35000 kaki di atas permukaan laut..ketinggia yang bisa bikin orang yg punya penyakit jantung sedikit menaha nafas atau mungkin detak jantung nya jd meningkat.hehe..
Ingin sekali memejamkan mata, aduh tapi ga tau kenap rasa ngantuk yang biasa nya bersahabat dekat tiba-tiba tidak ada..akhirnya mata ini dipaksa terbuka meskipun yang dilihat disamping kiri adalah kegelapan langit di 35000 kaki dan sebelah kanan adalah orang-orang yang sedang terlelap tidur.. iri rasanya pada mereka.hehe..
190 menit sudah di udara, akhirnya terlihat bandara hasanudin sudah menyambut dengan suhu yang begitu dingin..
semua penumpang baik tujua makasar ataupu jayapura turun.. kira 30 menit singgah di bandara hasanudin, para penumpang tujuan jayapura kembali naik pesawat dr maskapai yang sama untuk tujuan terakhir, jayapura..
menurut orang-orang yang sudah sering bepergian ke papua diperkirakan pesawat akan landing di bandara sentani jam 08.00 WIT.
08.05 WIT landing lah pesawat LION AIR yg kami tumpangi di bandara sentani. tepat sesuai perkiraan, meskipun cuaca saat itu kurang bersahabat.
tanah papua pertama kali nya ku pijak..
indah, itu kesan ketika melihat gunung yang melingkupi bandara sentani..sungguh indah benar.
papua, i come to you..
so i'll find what i looking for here..
insyaalah
maka dengan itu pula dimulai sudah cerita menuju papua..
cuaca berawan namun tidak hujan cukup bersahabat dengan pesawat kami..sehingga kekhawatiran akan "hal-hal" yg tidak diinginkan sedikit teratasi..
dingin, sepi, senyap sepanjang jakarta sampai makasar..
sesekali suara kru kabin terdengan untuk mengingatkan supaya selalu menggunakan sabuk pengaman dan tidak merokok..hehe...
oh ya, catetan juga nih terutama untuk kaum pria, pramugari LION AIR jg cantik-cantik..hehe...
jd lumayan da pencerahan bwt di perjalanan.. ;)
Pesawat melaju di atas ketinggian 35000 kaki di atas permukaan laut..ketinggia yang bisa bikin orang yg punya penyakit jantung sedikit menaha nafas atau mungkin detak jantung nya jd meningkat.hehe..
Ingin sekali memejamkan mata, aduh tapi ga tau kenap rasa ngantuk yang biasa nya bersahabat dekat tiba-tiba tidak ada..akhirnya mata ini dipaksa terbuka meskipun yang dilihat disamping kiri adalah kegelapan langit di 35000 kaki dan sebelah kanan adalah orang-orang yang sedang terlelap tidur.. iri rasanya pada mereka.hehe..
190 menit sudah di udara, akhirnya terlihat bandara hasanudin sudah menyambut dengan suhu yang begitu dingin..
semua penumpang baik tujua makasar ataupu jayapura turun.. kira 30 menit singgah di bandara hasanudin, para penumpang tujuan jayapura kembali naik pesawat dr maskapai yang sama untuk tujuan terakhir, jayapura..
menurut orang-orang yang sudah sering bepergian ke papua diperkirakan pesawat akan landing di bandara sentani jam 08.00 WIT.
08.05 WIT landing lah pesawat LION AIR yg kami tumpangi di bandara sentani. tepat sesuai perkiraan, meskipun cuaca saat itu kurang bersahabat.
tanah papua pertama kali nya ku pijak..
indah, itu kesan ketika melihat gunung yang melingkupi bandara sentani..sungguh indah benar.
papua, i come to you..
so i'll find what i looking for here..
insyaalah
" Memakai alam untuk membersihkan alam" tu salah satu bagian dalam artikel pada kmpas.com
alamat lengkap untuk artikel ini http://sains.kompas.com/read/xml/2009/02/10/13412714/membersihkan.laut.dengan.mikrobakteri
sebuah artikel yang menurut saya sangat menarik, inovatif, dan konstruktif. Salah satu penemuan besar dalam dunia sains terutama dalam bidang lingkungan hayati yang mungkin sebelumnya telah ditemukan tapi belum banyak ditanggapi secara menyeluruh dan mendetail oleh sebagian besar orang. Sehingga maksud dan tujuan dari penemuan itu belum sepenuhnya mencapai tujuan yang diinginkan.
betapa besarnya ALLAH SWT yang telah menciptakan manusia dengan begitu banyaknya keistimewaan dan kesempurnaannya.
Logika yang ditanami ilmu pengetahuan, dipupuki rasa ingin tahu, disirami keiinginan untuk memberi manfaat lain dalam hidup, dibimbing petunjuk-petunjuk ALLAH pada akhirnya menumbuhkan hal indah yang bermanfaat. Tak luput turut selaras untuk bersimfoni dengan elemen-elemen kehidupan yang lain.
alamat lengkap untuk artikel ini http://sains.kompas.com/read/xml/2009/02/10/13412714/membersihkan.laut.dengan.mikrobakteri
sebuah artikel yang menurut saya sangat menarik, inovatif, dan konstruktif. Salah satu penemuan besar dalam dunia sains terutama dalam bidang lingkungan hayati yang mungkin sebelumnya telah ditemukan tapi belum banyak ditanggapi secara menyeluruh dan mendetail oleh sebagian besar orang. Sehingga maksud dan tujuan dari penemuan itu belum sepenuhnya mencapai tujuan yang diinginkan.
betapa besarnya ALLAH SWT yang telah menciptakan manusia dengan begitu banyaknya keistimewaan dan kesempurnaannya.
Logika yang ditanami ilmu pengetahuan, dipupuki rasa ingin tahu, disirami keiinginan untuk memberi manfaat lain dalam hidup, dibimbing petunjuk-petunjuk ALLAH pada akhirnya menumbuhkan hal indah yang bermanfaat. Tak luput turut selaras untuk bersimfoni dengan elemen-elemen kehidupan yang lain.
Kembali pada judul diatas, para peneliti yang melakukan riset di perairan selat malaka dan beberapa perairan lain yang menjadi rute kapal tanker pengangkut minyak menemukan sejumlah mikrobakteri di laut-laut tersebut yang mempunyai kemampuan untuk melakukan proses biodegradasi, yakni suatu proses penguraian minyak di laut dengan materi biologi yang salah satu aktor utama nya adalah mikrobakteri..
Perjalanan panjang dari penelitian ini yang kurang lebih berlangsung selama tiga tahun telah berhasil menemukan lebih dari 182 spesies dan 53 genus dari mikrobakteri yang mampu melakukan proses biodegradasi..beberapa spesies itu di antaranya Acinetobacter dan Alcanivorax yang mempunyai peran cukup dominan dalam proses ini.
ulasan singkat di atas mungkin masih jauh untuk dianggap bagus apalagi memuaskan..tapi saya hanya ingin menuliskan sesuatu berdasarkan ketertarikan saya terhadap alam.
Ada sesuatu yang membuka pikiran saya pada artikel ini, bahwa alam akan bersimfoni selaras dengan kita (manusia) dan elemen alam lainnya selama diperlakukan dengan memperhatikan hakikat alam itu sendiri yang telah ada sebelumnya..adapun hakikat itu telah mengalami pergeseran-pergeseran yang disebabkan pergeseran peradaban manusia tentu manusia harus memikirkan langkah antisipatif untuk menjaga agar simfoni alam itu tetap terjaga..menurut saya, mngembalikan keadaan alam kembali ke keadaan semula dengan bantuan alam lagi adalah langkah terbaik.
sekarang kita sebagai manusia mempunyai banyak cara untuk mengimplementasikan hal tersebut.mungkin sebagian kecil orang sudah, namun perlu lebih banyak orang lagi.karena alam kita begitu besar begitu kompleks dan begitu menarik.
maka sudah saatnya ego dan kepentingan yang tidak bertanggung jawab yang selama ini menjadi penghambat kemajuan yang sangat sulit dihilangkan perlahan kita putus mata rantai nya..
hal ini tidak sulit namun bukan berarti mudah, perlu sinergi yang luar biasa dari banyak komponen.tapi kita adalah manusia dengan segala kesempurnaan.
ALLAH berfirman tidak akan merubah nasib suatu kaum, kecuali kaum tersebut mau untuk merubahnya..
saya hanya bisa berkata dan mengajak, mari kita bersama-sama bersimfoni indah dengan alam..
maka alam akan bersenandung merdu untuk kita
:: iqbal ::
:: debby ::
:: mahdi ::
:: wiwid ::
:: olie ::
:: debby ::
:: mahdi ::
:: wiwid ::
:: olie ::
huh....
coding kembali berhasil memaksa seorang iqbal untuk diam di depan komputer ampe belekan..hah...
tanpa bisa di salahkan, coding dengan leluasa mengambil sebagian waktu yang sebenernya bisa dipake untuk hal lain yang lebih atraktif dan produktif..hehe...
waktu yang entah itu dibuang untuk coding atau di makan coding itu sendiri tanpa daya tidak akan bisa diulang kembali..
kini hanya sisa-sisa waktu di masa depan yang masih mungkin berpihak..
semoga ALLAh pun memihakkan waktu itu untuk ku..
satu langkah lagi dalam ranah hidup seorang iqbal telah dan akan terus bergulir...
berharap coding ini mungkin bisa membawa ke tempat yang nyaman suatu saat nanti..
amiiin...
WE WILL NOT GO DOWN (Song for Gaza)(Composed by Michael Heart)
A blinding flash of white light
Lit up the sky over Gaza tonight
People running for cover
Not knowing whether they’re dead or alive
They came with their tanks and their planes
With ravaging fiery flames
And nothing remains
Just a voice rising up in the smoky haze
We will not go down
In the night, without a fight
You can burn up our mosques and our homes and our schools
But our spirit will never die
We will not go down
In Gaza tonight
Women and children alike
Murdered and massacred night after night
While the so-called leaders of countries afar
Debated on who’s wrong or right
But their powerless words were in vain
And the bombs fell down like acid rain
But through the tears and the blood and the pain
You can still hear that voice through the smoky haze
We will not go down
In the night, without a fight
You can burn up our mosques and our homes and our schools
But our spirit will never die
We will not go down
In Gaza tonight (2x)
A blinding flash of white light
Lit up the sky over Gaza tonight
People running for cover
Not knowing whether they’re dead or alive
They came with their tanks and their planes
With ravaging fiery flames
And nothing remains
Just a voice rising up in the smoky haze
We will not go down
In the night, without a fight
You can burn up our mosques and our homes and our schools
But our spirit will never die
We will not go down
In Gaza tonight
Women and children alike
Murdered and massacred night after night
While the so-called leaders of countries afar
Debated on who’s wrong or right
But their powerless words were in vain
And the bombs fell down like acid rain
But through the tears and the blood and the pain
You can still hear that voice through the smoky haze
We will not go down
In the night, without a fight
You can burn up our mosques and our homes and our schools
But our spirit will never die
We will not go down
In Gaza tonight (2x)
"SecuilasA" sebetuLnya ga sepeNuhnya disiapin buAt jaDi naMa bLog ini, tP daRi pada bLog ini kebinGungan mAu di pangGiL apa, jd "SecuilasA" ni ja dEh yg bakAl namPang di header bLog ini..
ngOmong-ngOmong soAl bLog, biasaNya ada pesen tersendiRi yg pnGen di liat, di respon, atau mungkIn di kasih masukAn yG dGn senGaja disimpen di bLog tu oleh bloggernya..
aGak binGung jG klLo "SecuilasA" berisi peSen pa, tP mudah-mudahan denGan bLog yG terAmat sederhana Ini bisa menCiptakan sesuAtu yG bermanFaat. sekeciL apa pun, "SecuilasA" pasti bermanfaat bGi pembuaTnya.tp bakaL jd suatu kebahaGiaan lain kLo "SecuilasA" dirasa da manfaatnya bagi orAng Lain yg mnGkin sempat SingGah atau cuma ngeLirik bLog ini..
hehe...
"ketika kaki ini mulai melangkah, akan ada langkah-langkah lain yG mengikuti, seMoga ALLAH meriDhoi langkah-langkah itu"
ngOmong-ngOmong soAl bLog, biasaNya ada pesen tersendiRi yg pnGen di liat, di respon, atau mungkIn di kasih masukAn yG dGn senGaja disimpen di bLog tu oleh bloggernya..
aGak binGung jG klLo "SecuilasA" berisi peSen pa, tP mudah-mudahan denGan bLog yG terAmat sederhana Ini bisa menCiptakan sesuAtu yG bermanFaat. sekeciL apa pun, "SecuilasA" pasti bermanfaat bGi pembuaTnya.tp bakaL jd suatu kebahaGiaan lain kLo "SecuilasA" dirasa da manfaatnya bagi orAng Lain yg mnGkin sempat SingGah atau cuma ngeLirik bLog ini..
hehe...
"ketika kaki ini mulai melangkah, akan ada langkah-langkah lain yG mengikuti, seMoga ALLAH meriDhoi langkah-langkah itu"